Wednesday, May 30, 2007

Rangkuman hasil pertemuan dengan Suciwati Munir

Salam Alaikum,

Bersama ini saya sampaikan rangkuman hasil pertemuan dengan Suciwati Munir, janda tokoh HAM almarhum Munir, yang terbunuh dalam penerbangannya ke Belanda, hari Sabtu 26 Mei 2007, jam 4 sore di OISE, University of Toronto (A Multi- Faith Memorial Service for Victims of Violence in Indonesia):

- Dua hari sebelum keberangkatan, ada pihak-pihak yang menanyakan jadwal keberangkatannya
- Di pesawat, terjadi pemindahan tempat duduk Munir. Dia dipindahkan dari kelas ekonomi ke kelas bisnis
- Pilot yang seharusnya tidak bekerja pada hari itu memaksakan diri terbang dengan Munir
- Setelah kematiannya, hasil otopsi harus diperoleh dengan usaha keras, memakan waktu lebih dari dua minggu
- Dua minggu setelah kematiannya, Suciwati mendapat kiriman potongan kepala dan kaki ayam dengan pesan untuk tidak melibatkan militer atau Suciwati akan menemukan dirinya dalam keadaan seperti kiriman tersebut
- Ditemukan arsenik sejumlah 400 gram dalam darah dan urine (air seni) Munir
- SBY berjanji akan menuntaskan kasus
- Pada bulan Desember, SBY membentuk tim pencari fakta yang terdiri atas orang-orang yang ahli di bidangnya: dari Deplu, Kejaksaan, NGO (organisasi-organisasi non-pemerintah), dokter-dokter, dll
- Tim ini menyimpulkan, dari hasil penyelidikannya, ada keterlibatan Garuda dan intelijen Indonesia
- Ditemukan 41 kali (rekaman) percakapan Pollycarpus melalu HP (cellphone) dan beberapa kali dari telepon rumahnya ke Deputy V BIN (Badan Intelijen Negara)
- Tidak ada tindak lanjut dari kepolisian RI. Suci menambahkan sebagai sesuatu yang ironis mengingat tindakan polisi yang (super) cepat dengan menangkap tersangka teroris berdasarkan satu kali kiriman SMS (text message)
- Bukan saja tidak terjadi penangkapan Polisi bahkan tidak mengeluarkan atau mempublikasikan nama tersangka
- BIN menolak berpartisipasi dalam penelitian bahkan cenderung menolak usaha Tim untuk meneliti dan mengkonfirmasi lebih jauh keterlibatan BIN dalam kasus ini
- Tim bahkan mengundang Ketua BIN, Hendropriyono, untuk hadir dalam dengar pendapat (hearing) namun ditolak
- Media menyebutkan bahwa SBY kecewa atas penolakan tersebut. Hendro mempertanyakan kesahihan pernyataan kecewa itu dengan berdalih bahwa dulu SBY adalah bawahannya. Komentar Hendro yang dimuat media ini tidak mendapat reaksi apapun dari SBY
- Disimpulkan bahwa pembunuhan Munir merupakan konspirasi militer, khususnya BIN
- Poly dituntut hukuman 14 tahun namun menang dalam bandingnya (appeal) ke MA dengan hanya menjalani hukuman 2 tahun saja. Tahun 2006 ia dibebaskan
- Setelah 2 tahun baru ada tersangka baru... dari Garuda
- Suci menggugat Garuda dalam tindak perdata dan memenangkan gugatan sebesar Rp. 664 juta namun hal ini bukanlah yang dicari. Dia tidak puas karena keadilan yang dicari tak kunjung ditegakkan. Juga tidak ada permintaan maaf baik dari pihak Garuda, tidak ada penyidikan lebih lanjut pada Garuda dengan memanfaatkan lebih jauh fakta dan kejadian yang melibatkan Garuda
- Kasus tidak tuntas, keadilan belum muncul, pelaku sejati pembunuhan belum terungkap, jangankan tertangkap. Suci terus menuntut
- Suci mendapat banyak dukungan internasional: Presiden Uni Eropa mempertanyakan kasus Munir kepada SBY dalam pertemuan di Eropa; Kongres Amerika mengirimkan pertanyaan resmi kelanjutan kasus Munir; Utusan khusus PBB (UN), Heena Geelani (?) dan Philip Austin, menuliskan secara khusus kasus Munir (UN Proceeding?)
- Tugas dan tekad Suci bukan semata-mata pribadi, hanya untuk Munir. Sekiranya kasus Munir dapat dituntaskan dan keadilan ditegakkan, dampaknya akan luar biasa, antara lain impunity (keadaan dimana seseorang tidak dapat dituntut) dapat dilenyapkan; rasa aman dan bebas bagi para aktifis HAM dan pencinta kebenaran dapat dijamin; demokrasi dan transparensi hukum berjalan, dsb.

Ketua HAM Kanada, Micheline (Mika) Levesque menambahkan:
- Penuntasan Kasus Munir tidak sekadar tuntutan pribadi. Munir adalah orang yang sangat dikenal baik di dalam maupun di luar negeri. Kematiannya justru terjadi di Masa Reformasi, bukan di masa pemerintahan Soeharto yang jauh lebih buruk dalam catatan HAM. Artinya, kalau HAM seseorang "sekelas" Munir dapat dilanggar apalagi HAM orang-orang kebanyakan di Indonesia. Nyawa seorang kecil di desa dapat saja dihilangkan tanpa ada kekhawatiran tuntutan pengadilan. Karena itu, sekiranya kasusnya dapat dimenangkan maka kemenangan itu adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia, khususnya mereka yang hak-haknya dilanggar.
- Kasus Munir menjadi salah satu bukti "superiority military over civilians". Di negeri seperti Kanada, dimana militer di bawah kontrol pemerintahan demokratis sipil sulit untuk terjadi kasus semacam itu. Tidak ada impunity bagi militer. Tindak tanduk militer transparan dan di bawah pengawasan pemerintahan sipil dan masyarakat.
- Dibutuhkan tekanan dari berbagai kelompok di Kanada untuk membantu usaha penuntasan Kasus Munir.

Adalah tugas setiap kita, pencinta keadilan, untuk membantu terwujudnya keadilan itu, antara lain dengan berbagi informasi dan memperluas jaringan (networking) dengan kelompok-kelompok masyarakat Indonesia atau internasional lainnya.

Tugas yang pertama adalah menyebarkan hasil pertemuan ini dengan rekan-rekan anda dimanapun mereka berada.

Wassalam,
Abdi Soeherman

2 comments:

cat jotun said...

munir pejuang sejati buat kaum marjinal

Abdi Soeherman said...

Tepat sekali. Karena itu mari kita bantu agar perjuangannya tidak sia -sia