Sunday, August 09, 2009

Dialog Perbedaan dalam Islam

Ole Leho Selamat menunaikan ibadah malam Nisyfu Sya'ba. (Shab-e-Baraat) dan merayakan Hari Kelahiran Imam Agung kini: Imam Mahdi a.f.s. Semoga Allah menetapkan "taqdir" yang terbaik bagi kita di malam ini. Hidupkanlah Malam Agung ini (Rabu di Indonesia, Kamis di Kanada) hingga Fajar dengan zikir, salat dan doa. Sampaikan doa anda kepada Allah swt melalui Ariza Sang Imam. Jangan lupa untuk mendoakan orang lain terlebih dahulu.
05 August at 21:49

Frieda Achmadi-Brotoatmodjo
Ass kang, punteun ari Ariza teh saha? Naha mesti lewat Imam? Atau ini artinya gmn? Nuhun utk info nya
05 August at 22:10

Ole Leho
Ariza teh, buat yang percaya, surat yang kita kirimkan kepada Imam berisi keinginan dan doa kita kepada Allah untuk urusan dunia maupun akhirat.
05 August at 22:52

Taufik Hidayat Dopy

Ass, kang punten maksudnya Imam Agung kini teh imam agung kita saat ini?? nuhun
Thurs at 00:12

Ole Leho
Alaikum Salam,

Iya maksudku Imam Agung itu adalah Imam Mahdi. Menurut sebagian orang beliau belum lahir dan akan lahir di akhir zaman bersama Nabi Isa a.s. Menurut sebagian yang lain beliau sudah lahir pada tanggal 15 Sya'ban sekitar seribu tahun yang lalu bertepatan dengan Nisfu Sya'ban.

Karena itu dalam pertengahan Sya'ban kita melakukan dua hal: memperingati Hari Kelahiran beliau plus memperingati dan menjalankan amal Nisfu Sya'ban. Malam Nisfu Sya'ban adalah malam terbesar kedua setelah Laylatul Qadar dimana Allah mencatatkan "taqdir" kita untuk setahun ke depan. Karena itu kita dianjurkan melakukan banyak ibadah dengan menghidupkan malamnya hingga pagi hari.

Mudah2an jelas. Kalau tidak silakan tanya lagi. Trims.

Wassalaam,
Abdi
Thurs at 17:27

Fahmi Alkaff
Dengarlah dan perhatikan apa yang di sampaikan........ karena SAATNYA sudah dekaaaaaaaaaaat....!!
Thurs at 23:30

Muhammad Amin
Janganlah memberitakan hal-hal yang masih menjadi perbedaan pendapat di sebagian besar ummat.
Fri at 14:52

Ole Leho
Terima kasih atas saran anda Amin. Seperti anda lihat saya menyebutkan kedua pendapat di atas, mereka yang meyakini Imam Mahdi belum lahir dan akan hadir sebagaimana diramalkan Rasulullah di akhir zaman. Sebagian yang lain meyakini Imam telah lahir pada 15 Sya'ban 10 abad yang lalu dan gaib. Anda boleh juga tidak percaya pada keduanya.

Anda berhak memberi komentar namun tidak berhak melarang orang menyampaikan pandangannya. Jika anda mau silakan sampaikan pandangan anda sehingga tercipta dialog yang sehat.

Larang-melarang adalah kebiasan para tiran mulai Soeharto hingga Sadam yang takut pada terungkapnya kebenaran.

Wassalaam,
Abdi
Fri at 18:48

Muhammad Amin
Perbedaan pendapat tentang hal ini, telah berlangsung berabad-abad, dan tidak akan ada ahirnya. Tidak akan cukup disampaikan di Forum ini. Saya hanya menyampaikan cara saya berbicara mengenai agama kepada awam, mengindari hal-hal yang bisa menjadi pertentangan di ummat. Karena banyak sekali hal lain yang lebih penting untuk terciptanya ukhuwah di ummat islam.
P.Abdi menyebutkan "kita" dalam menyampaikannya. Jadi seolah-olah kita semua percaya pada apa yang dibicarakan P.Abdi. Atau mungkin P.Abdi hanya bicara didalam komunitas P.Abdi sendiri. Demikian mohon maaf kalau ada kata-kata yang dianggap tidak pantas.
Yesterday at 02:11

Ole Leho
Salaam Amin, terima kasih atas penjelasan anda. Tak ada yang perlu dimaafkan karena anda tidak menyakiti atau menyinggung saya. Saya malah senang dapat tanggapan dari anda, itu tanda permulaan yang baik dalam dialog, ketimbang dipendam di dalam hati padahal kita tidak sepakat.

Izinkan saya menjawab. Perbedaan tidak selalu berkonotasi negatif. Dalam Quran Allah justru menunjukkan perbedaan itu, kurang lebih, sebagai hikmah:

"Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih takwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu)." (QS Al Hujurat 49:13)

Allah membuat kita berbeda-beda agar kita saling mengenal satu sama lain. Bukan untuk membuat yang satu merasa lebih superior dari yang lain karena Allah tidak akan melihat dari warna kulit atau bahasa melainkan "Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih takwanya di antara kamu."

Karena itu tidak ada yang salah pada adanya perbedaan bahkan meskipun telah berlangsung berabad-abad. Yang salah adalah bila kita mengeksploitasi perbedaan itu untuk memecah belah yang biasanya hanya dilakukan oleh orang yang ingin menguasai: devide et impera (divide and conquer).

Kedua, forum ini wahana publik. Kita bebas melemparkan gagasan apapun selama kita menjaga norma dan batas susila diantara kita. Menyerang dan menyakiti bukanlah sikap mulia dan karenanya tidak bisa kita tolerate. Alhamdulillah kita tidak sedang melakukan itu.

Karena ini forum publik saya tidak harus hanya membatasi pada komunitas saya seperti yang anda sebutkan. Siapa saja yang tertarik mengakses profil saya tidak perlu dilarang membaca pikiran dan pandangan saya. Kita percaya masing-masing kita di forum ini sudah dewasa dan dapat memilih apa yang baik baginya. Bukanlah ciri saya untuk menganggap orang lain awam. Terus terang sayalah yang awam dan terus berusaha belajar dari hikmah yang muncul dari perbedaan.

Ketiga, ukhuwah tidak berarti semua sama, semua seragam. Saya tetap menjadi kawan baik anda sekalipun saya percaya kepada Imam Mahdi dan anda (mungkin) tidak. Anda tetap kawan Muslim saya yang pernah bekerja bersama di IPTN dan Brazil. Perbedaan pandangan kita tidak akan dengan sendirinya memutuskan ukhuwah kita.

Keempat, perbedaan yang telah berlangsung bertahun-tahun dan tak kunjung berhenti seperti anda katakan tidak dengan sendirinya sia-sia. Siapa yang tahu bahwa justru dari perbedaan itu seorang sadar bahwa apa yang dipahaminya selama ini keliru. Siapa yang mengira dari perbedaan itu muncul sesuatu yang justru menyelamatkannya di Hari Akhir.

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis sahih: "Barangsiapa yang mati tanpa mengenal imam zamannya ia mati Jahiliah." Apakah ada perbedaan pendapat mengenai hadis ini? Silakan beritahu kami.

Bagaimana dengan hadis dalam Sahih Bukhari dan Muslim dimana Rasul mengatakan khalifah/amir/pemimpin/imam sesudah beliau ada 12 orang, semuanya dari Quraisy. Dalam riwayat lain semuanya dari Bani Hasyim.

Akhirnya marilah kita selalu membuka diri terhadap setiap informasi yang datang. Jangan khawatir daya nalar kita cukup baik dalam menerima atau menolak sesuatu yang tidak cocok buat kita... bahkan sekalipun itu sebuah kebenaran.

Semoga komentar panjang lebar saya ini berguna. Sekiranya tidak just delete or forget it. Don't waste your time, just move on.

Wallahu a'lam dan wassalaam,
Abdi
Yesterday at 17:42

Muhammad Amin
Assalaamu"alaikum.
Saya setuju, dan saya faham dengan surat Alhujraat:13, perbedaan adalah merupakan sunatullah. Yang saya khawatirkan adalah perbedaan dalam memahami agama, perbedaan dalam aqidah akan mengakibatkan kita berbantah-bantahan, akan menyebabkan kita bertengkar dan akan memecah belah ummat. Itulah yang telah terjadi pada ummat Islam. Bagi kita yang punya cukup nalar mungkin tidak akan terjadi pertengkaran, permusuhan sehingga melemahkan Islam sendiri.

Dalam Alquran Allah telah berfirman" ...dan janganlah kamu berbantah-bantahan, nanti kamu jadi lemah dan hilang kekuatanmu..." Al.Anfal:46)
"Jikalau tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusa ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh tuhanmu......" Q.S.Hud:118-119. dan ada bebreapa ayat lagi dalam Alquran yang melarang berpecah belah.
Jadi menurut saya berselisih itu dilarang oleh Allah, dan yang berselisih tidak diberi rahmat oleh Allah.

Kebenaran itu hanya satu, dan Aqidah itu hanya satu.
Yang saya maksud dengan awam itu adalah publik atau umum, dan saya tidak menganggap bahwa saya lebih faham dari publik. yang saya khawatirkan adalah terjadinya perselisihan dan pertengkaran diantara ummat. Dan itulah yang sudah menjadi kenyataan terjadi di ummat Islam.

P.Abdi saya mungkin termasuk orang yang sangat sedih dan menyesali kenapa didalam ummat islam terjdi perpecahan sehingga ada sunni ada syiah. dll. Kita sebagai manusia yang hidup jauh setelah Rosululloh, tiba-tiba saja mendapatkan ummat yang sudah bercerai berai. Saya bermimpi seandainya saya punya kemampuan saya ingin mengembalikan ummat islam ini bersatu, ingin mengembalikan seperti zaman rosululloh saw.
Oleh karena itu saya selalu menghindari hal-hal yang bisa memecah belah ummat. Dan saya tidak mau ikut-ikutan seperti orang-orang sebelum kita, yang telah membuat ummat islam seperti sekarang ini.

Hal-hal yang memulai kita bicara sekarang ini, kemudian P.Abdi menambahkan 2 hadist. Ini adalah bukan lagi suatu ikhtilaf atau hilafiah, tapi sudah merupakan perbedaan aqidah. Dan saya tidak akan mengomentarinya, karena sudah banyak orang baik yang sebelum kita, maupun sekarang telah berbantah-bantahan mengenai ini. Saya tidak mau ikut-ikutan membuang buang waktu. Masih banyak hal-hal yang lebih bermanfaat buat saya. Saya lebih baik memperbaiki akhlak saya yang masih sangat compang-camping. Saya Insyallah akan terus berusaha memahami Islam ini lebih baik. dan saya akan terus mencari kebenaran yang satu itu. Dan terahir tentu saja kita akan menjadi sahabat terus, Mudah-mudahan P. Abdi juga menemukan kebenaran yang sejati.
4 hours ago

Ole Leho
Alaikum Salaam,
Setuju 100% dengan anda tentang perpecahan (firaq); karena itu saya lebih memfokuskan pada perbedaan (ikhtilaf). Saya bahkan menyebutkan bahwa perpecahan itu sebagai alat penguasa atau kolonialis untuk menguasai (devide et impera, divide and conquer).

Tentu saja kita pantas bersedih dalam melihat perpecahan. Namun kita bisa melihat... Read more pebedaan dalam perspektif lain. Allah menciptakan manusia berbeda-beda untuk mengenal satu sama lain. Meski dalam sejarah perbedaan ini dieksploitasi sebagai alasan orang putuh memperbudak orang hitam karena alasan superiority, yang oleh Allah sudah diantisipasi dengan menyebutkan sebaik-baik kalian adalah yang paling taqwa, bukan yang putih, bukanyang Arab, dst.

Dengan terjadinya diskriminasi dan perbudakan apakah dengan begitu kita bisa menyalahkan perbedaan warna kulit? Tentu saja tidak karena bukan itu yang menjadi masalah, melainkan sikap diskriminasi, superior, takabur yang berujung pada eksploitasi satu bangsa terhadap bangsa lain.

Hal serupa dengan perpecahan yang timbul dari adanya perpecahan. Bahkan Rasulullah sendiri tidak melarang adanya perbedaan pendapat seperti dalam riwayat yang mungkin anda tahu. Yaitu ketika para sahabat melakukan perjalanan dan pada waktu salat mereka tidak menemukan air. Lalu mereka bertayamum dan salat dan meneruskan perjalanan. Tak lama kemudian mereka menemukan air dan waktu salat masih ada. Mereka berbeda pendapat, sebagian melakukan salat lagi sebagian lain tidak karena merasa telah melakukannya.

Saat mereka bertemu dengan Sang Rasul beliau bersabda bahwa yang salat kembali mendapat dua pahala, sementara yang tidak teguh dalam pendiriannya. Beliau tidak menyalahkan satu pihak pun apalagi menyalahkan perbedaan karena beliau tahu perbedaan adalah sesuatu yang alamiah selama manusia tidak memanfaatkannya buat keburukan.

Saya setuju,berbantah-bantahan seperti disebut dalam Quran betul-betul melemahkan kita, juga membuang waktu dan enerji dan sudah sepantasnya ditinggalkan.

Namun mengakui adanya perbedaan dan menjadikannya pilihan bagi setiap orang adalah sebuah cara dan sikap yang tepat. Karena itu fatwa Rektor Al-Azhar Dr. Mahmud Syaltut tahun 1959 yang mengakui Jafari sebagai mazhab kelima dalam Islam di samping Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali dan orang diberi keleluasaan untuk memilih merupakan terobosan yang besar. Sikap mulia dalam mengatasi perbedaan dan menghindarkan perpecahan. Dengan cara itu insya Allah perpecahan dapat dihindarkan

Salut dan sangat setuju dengan kecenderungan anda untuk lebih mengutamakan perbaikan akhlak kita; sesuatu yang menjadi prinsip utama saya dalam menilai seseorang. Dahulukan akhlak dari fikih.

Tentang awam, publik atau umum itu kita tidak berbeda. Saya tidak mengatakan bahwa anda bersikap lebih paham tapi saya menegaskan bahwa publik tidak dengan semestinya less knowledgeable dari kita. Karena itu tidak ada yang harus dikhawatirkan dengan diskusi publik. Mereka yang tertarik akan mengikuti, yang tidak akan pergi dan berkata who cares!

Saya kurang paham dengan komentar anda tentang kedua hadis tersebut. Apakah Bukhari dan Muslim berbeda aqidah dari kita? Saya tidak menambah2kan, saya mengutip hadis itu dalam hubungannya dengan komentar anda untuk tidak "... memberitakan hal-hal yang masih menjadi perbedaan pendapat...". Namun saya hargai sikap anda untuk tidak mengomentari.

Tentang aqidah, mungkin kita perlu meluruskan kesalah-kaprahan dalam penggunaannya. Aqidah adalah ushuluddin, pokok agama yang seseorang tidak dianggap Muslim bila tidak meyakininya:
1. Tauhid (keesaan Allah)
2. Nubuwah (keyakinan pada para Nabi dan Rasul dan bahwa Baginda Muhammad adalah Nabi Penutup)
3. Ma'ad (Hari Kiamat).

(Untuk lebih lengkapnya silakan merujuk pada: http://abdisoeherman.blogspot.com/2008/12/iman-dan-ilmu-pengetahuan.html#links)

Adakah perbedaan antara anda dan saya atau anda dengan Bukhari Muslim dalam hal ini? Saya yakin tidak.

Wallahu a'lam dan wassalaam,
Abdi
20 minutes ago