Wednesday, June 20, 2007

Re: Isu poligami, Other Perspective; Sebuah Tanggapan

Re: Al-Irfan, 20 Juni 2007

Alaikum Salam,

Pertama, poligami itu bukan bagian dari aqidah. Yang termasuk aqidah adalah: Tauhid, Nubuwah (Kenabian) dan Qiamat. Mazhab lain memasukkan juga Imamah (Keimaman) dan Keadilan Ilahi. Aqidah itu dikelompokkan dalam Ushuluddin, Prinsip/Fondasi agama.

Poligami masuk dalam pembahasan Fiqh, yang merupakan Furu-uddin, cabang-cabang agama, di bawah bab muamalah.

Kedua, kita sepakat di sini bahwa poligami itu bagian atau disebutkan dalam Al-Quran. Tidak ada seorang pun di sini yang membantahnya. Tafsir yang dikutip Laith justru membahas tentang ayat-ayat itu. Kita pun tidak berpretensi atau berdalih seperti mereka yang apolojetik. Kita, setidaknya saya, tidak punya inferiority complex menghadapi Barat atau mereka yang anti Islam. Kita di sini berdiskusi untuk mendudukkan masalah pada tempatnya.

Ketiga, sesuatu yang disebutkan dalam Quran tidak berarti WAJIB dipraktekkan. Contoh: perbudakan. Quran mengizinkan anda memiliki budak; apakah itu berarti saat ini juga anda harus mempunyainya? Kalau jawabannya ya saya tidak akan menyalahkan anda sepenuhnya mengingat ada orang-orang yang secara keliru memahaminya; contohnya adalah apa yang dilakukan oleh majikan-majikan Saudi yang memperkosa TKW kita dengan dalih mereka budak. Tidak heran pemahaman Islam mereka pun begitu kering dan sangat ekstrim.

Karena Quran bersifat universal ia mesti mencakup segala zaman dan tempat. Pada era dimana Baginda Nabi SAAW diturunkan, poligami merupakan praktek normal dan lumrah. Pada saat itu memiliki 10 istri atau lebih bukanlah sebuah kekecualian. Pada masyarakat kesukuan yang peperangan merupakan bagian dari aktifitas sehari-hari hal seperti itu tak terhindarkan. Sebagaimana kebiasaan yang juga diterima oleh peradaban lain seperti Roma dan Persia, mereka yang kalah dalam peperangan tidak punya pilihan lain kecuali para lelakinya dibunuh dan para perempuannya dijadikan budak. Para budak ini bisa sedikit beruntung dengan diberikannya pembebasan namun tetap harus berbagi sebagai istri dengan puluhan perempuan lain dalam keluarga poligamis. Pada saat sang suami meninggal, mereka akan diwariskan kepada anak lelaki pewaris.

Rasul datang dengan perintah Allah bukan saja untuk membatasi jumlah perempuan yang dimadu menjadi empat melainkan juga memberi kesempatan kepada tawanan perang lelaki untuk menebus pembebasannya dengan mengajarkan baca tulis kepada anak-anak Muslim.

Tidak hanya membatasi poligami beliau bahkan menunjukkan kehidupan monogamisnya dengan Siti Khadijah AS. Hal yang sama juga ditunjukkan Saidina Ali KW bersama Siti Fatimah Az-Zahra AS. Dan inilah puncak kebahagiaan dan kejayaan rumah tangga Rasulullah SAAW dan Imam Ali KW karena sesudah wafatnya kedua Sayyidatun Nisa tersebut pernikahan poligami mereka lebih merupakan “transaksi” sosial dan politik tanpa mengorbankan prinsip keadilan.

Dari sini kita melihat bahwa Rasul dan Ahlul Baitnya mengajarkan bahwa kehidupan yang normal adalah kehidupan yang monogamis, terutama bila sang lelaki tidak dapat berlaku adil, dimana suami dan istri saling berbagi dan berjuang bersama dan menghadapi kesulitan dalam suka dan duka. Bandingkan dengan beberapa lelaki, termasuk para tokoh agama, yang membangun rumah tangganya dari nol dan setelah jaya sang suami “membalas” seluruh kebaikan dan dukungan sang istri dengan memberinya kawan baru: sang istri muda. Saya bahkan mendengar kisah tentang seorang istri yang bahu membahu membangun rumah tangganya dengan sang suami dan harus merelakan sang suami menikah lagi ketika dia mengalami sakit yang berat. Inikah yang anda maksud dengan membuat pahala besar buat istri? Terlalu sering kita membodohi diri kita sendiri dan perempuan-perempuan malang itu dengan dalih ini. Harap diketahui, urusan pahala itu terserah Allah. Sudah jelas sang istri yang dimadu akan memperoleh pahala dan anugrah Allah karena, menurut Nabi SAAW, doa orang yang dizalimi itu akan didengar dan dikabulkan-Nya. Sementara itu buat yang memadu, well, urusannya sepenuhnya berada di tangan-Nya, tergantung dari niatnya (innamal a’malu bin- niyyah), terutama bila dia tidak dapat berlaku adil.

Berkenaan dengan alasan “daripada selingkuh atau berzina” marilah kita berterus terang. Kita ini bukan anak-anak yang manja yang sedikit-sedikit main ancam. Kalau nggak dikasih mainan, nggak makan; kalau nggk diberi uang, nggak mau tidur. Orang disebut baligh dan dewasa bila dia mampu mengendalikan dirinya. Hidup ini ujian dan godaan dan sebesar-besarnya perjuangan adalah melawan dorongan hawa nafsu. Inilah jihad akbar. Ingat, sebagai makhluk materi manusia cenderung tidak pernah puas. Kata Rasul SAAW apabila dia diberi kekayaan satu gunung, dia akan meminta gunung yang kedua. Diberi yang kedua dia akan meminta yang ketiga, dan seterusnya hingga tanah membenam mulutnya (mati, dikubur). Tanyalah hati nurani ketika kita menginginkan perempuan yang kedua: apakah karena “emergency” atau demi memperoleh gunung yang kedua?

Dan jangan lupa manusia adalah makhluk yang pling handal dalam membuat pembenaran (justification). Selalu saja ada dua alasan/jawaban: yang sebenarnya dan tak terungkap (real motive) atau yang tersembunyi dan terungkap (hidden motive, vested interest). Alasan yang terungkap: daripada berzina, menolong perempuan lain, ratio perempuan terhadap lelaki lebih besar, etc. Alasan yang tak nampak: geulis euy, jatuh hati pada pandangan pertama, ingin variasi karena bosan dengan istri, etc. Marilah kita berterus terang.

Wallau a’lam,

Abdi M. Soeherman

Tulisan yang ditanggapi:
Assalamualaikum Wr. Wb.

Seringnya orang menyoroti masaalah polygami dari sudut pandang perlakuan tidak adil terhadap perempuan. Karena persoalan ini sering di usung oleh kelompok yang ingin menyerang akidah Islam dengan dalih kemerdekaan hak perempuan, Kenapa akidah? Suka tidak suka polygami dengan segala kondisinya tercantum di dalam Al-Quran sehingga bisa dibilang bahwa Polygami adalah bagian dari akidah Islam. Jadi lucu kalau ada seorang aktris yang berkerudung dan kelihatan Islami dengan lantang menyatakan tidak setuju polygami, karena dengan berkata demikian berarti dia tidak setuju Al-Quran atau menantang Allah, Naudzubillahi! Lebih tepat kalau dia bilang "saya tidak suka/mau di polygami dan minta cerai" beres. Toh Islam memudahkan urusan kawin dan cerai ini.

Apapun alasan Allah membolehkan polygami, hanya Allah yang paling tahu walaupu manusia sering berusaha mencari tahu dengan menghubungkan ini dan itu. Yang jelas Islam agama yang realistis dalam artian Allah mahfum dengan segala kekurangan manusia, tidak membebani dengan sesuatu persoalan yang diluar kemampuan manusia, selalu memberi jalan keluar. Juga realistis dalam artian apapun yang dilakukan manusia baik atau buruk akan ada ganjarannya di akhirat.
Ini berbeda dengan doktrin agama lain yang terpengaruhi romantisme (gaya Roma kali ya..) 'seorang berkorban mati untuk menanggung semua dosa umat manusia' atau romantisme sehidup semati gaya Romie and Juliet sehingga perkawinan cukup sekali (idealnya), tapi manusia dikarunia nafsu dan kehidupan perkawinan sering diwarnai dengan permasaalahan hidup, sehingga bila perkawinan mengalami kebuntuan gaya hidup perselingkuhan dan seks
bebas yang timbul. Kalau sudah begini manusia tak berbeda dengan binatang.

Tidak banyak orang yang melihat dari sisi bagaimana hukumannya atau seberapa besar dosanya atas perbuatan perselingkuhan dan seks bebas ini menurut agama Islam. Karena orang ngeri atau berusaha menghindar ketika disinggung mengenai sariah Islam.

Menurut Al-Quran:
The woman and the man guilty of adultery or fornication flog each of them with a hundred stripes: let not compassion move you in their case in a matter prescribed by Allah if ye believe in Allah and the Last Day: and let a party of the Believers witness their punishment. (Sura 24, An-Nur)
(Banyak pendapat ahli bahwa ayat ini lebih diperuntukkan pada yang belum nikah, bagi yang sudah menikah dirajam sampai mati)

Menurut Hadis Sahih Al-Bukhari:
Narrated Abu Huraira
A man came to Allah's Apostle while he was in the mosque, and he called him, saying, "O Allah's Apostle! I have committed illegal sexual intercourse." The Prophet turned his face to the other side, but that man repeated his statement four times, and after he bore witness against himself four times, the Prophet called him, saying, "Are you mad?" The man said, "No." The Prophet said, "Are you married?" The man said, "Yes." Then the Prophet said, "Take him away and stone him to death." Jabir bin 'Abdullah said: I was among the ones who participated in stoning him and we stoned him at the Musalla. When the stones troubled him, he fled, but we over took him at Al-Harra and stoned him to death.

Narrated Anas
I will narrate to you a narration which nobody will narrate to you after me. I heard that from the Prophet. I heard the Prophet saying, "The Hour will not be established" or said:
"From among the portents of the Hour is that the religious knowledge will be taken away (by the death of religious Scholars) and general ignorance (of religion) will appear; and the drinking of alcoholic drinks will be very common, and (open) illegal sexual intercourse will prevail, and men will decrease in number while women will increase so much so that, for fifty women there will only be one man to look after them."

Narrated Abdullah bin Masud
I said, "O Allah's Apostle! Which is the biggest sin?" He said, "To set up rivals to Allah by worshipping others though He alone has created you." I asked, "What is next?" He said, "To kill your child lest it should share your food." I asked, "What is next?" He said, "To commit illegal sexual intercourse with the wife of your neighbor."

Narrated Anas
I will narrate to you a narration which nobody will narrate to you after me. I heard that from the Prophet. I heard the Prophet saying, "The Hour will not be established" or said: "From among the portents of the Hour is that the religious knowledge will be taken away (by the death of religious Scholars) and general ignorance (of religion) will appear; and the drinking of alcoholic drinks will be very common, and (open) illegal sexual intercourse will prevail, and men will decrease in number while women will increase so much so that, for fifty women there will only be one man to look after them."
(Sampai saat ini statistik dunia masih menunjukan sex-ratio yang imbang http://en.wikipedia.org/wiki/Sex_ratio)

Karena tidak berlakunya hukum Islam, maka orang tidak mengambil serius apa akibat atau ancaman dari perzinahan
sehingga, ketika seseorang memilih hidup berpolygami dengan alasan menghindari zinah, orang dengan enteng berkata "alasan klasik". Lebih bijaksana kalau kita tidak buru-buru menjudge seseorang yang berpolygami, apapun alasannya akan dia pertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.

Buat kaum istri, Masya Allah pahalanya besar karena telah menghindarkan sang suami dari melakukan dosa besar dan bila masih mencintai suami dan keluarga walaupun diperlakukan tidak adil Insya Allah pengorbanannya juga akan mendapat ganjaran dari Allah SWT.

Maafkan bila ada kekurangan/kesalahan karena keterbatasan pemahaman saya, kebenaran hanya milik Allah SWT. Sedikit yang saya tahu sedikit pula yang saya bisa sampaikan.

Wassalamualaikum
Jq

No comments: