Wednesday, June 13, 2007

Kepemimpinan Didalam Keluarga, Sebuah Tanggapan

Re: [Al-Irfan] - 10 Juni 2000


Ini memang cliche (klise). Bukan hanya para mubaligh saja yang mendawamkan hal ini berulang-ulang, juga para mubalighat, seakan-akan ingin mempertegas `dominasi` laki2 kepada perempuan.

Kalau Anda pernah membaca satu tulisan Kang Jalal dalam Tempo beberapa waktu yang lalu mungkin Anda akan sadar bahwa selama ini kita sebetulnya menerima riwayat2 yang tidak sahih. Lebih menyedihkan lagi ini semua dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, yang sangat menghormati perempuan, yang kehadirannya justru untuk memuliakan mereka setelah orang-orang Arab menghinakan mereka dengan mengubur mereka hidup-hidup saat lahir.

Ada banyak bukti bahwa riwayat2 yang menunjukkan `kelebihan` laki-laki itu di-`pelintir` dan dinterpretasikan sesuai dengan kepentingan laki-laki. Maklumlah mayoritas ulama laki-laki dan masyarakat Arab sangat patriarkal sebagaimana halnya kita. Beberapa hadis yang disebutkan di sini nyata-nyata tidak sahih secara matan (isi) dan rantai periwayatan. Contoh yang paling populer dan sering diulang-ulang adalah riwayat perempuan yang karena `taat`-nya kepada suami rela tidak mengunjungi ayahnya yang sakit bahkan kemudian sekadar untuk menghadiri pemakamannya. Seandainya Rasulullah masih hidup saat ini dan mendengar itu maka beliau akan sedih dan kecewa bagaimana mungkin misinya yang mulia untuk mengangkat harkat perempuan sekarang
diputarbalikkan begitu rupa bahkan oleh para pengikut dan ulama `shalih`nya.

Apakah ada diantara anda yang pernah mengetahui bagaimana Rasulullah memperlakukan istrinya begitu mulia, bahkan membantu pekerjaan dapur mereka, yang oleh sebagian muslim laki-laki `shalih` saat ini dianggap sebagai KEWAJIBAN istri. Adakah diantara Anda yang tahu bahwa bahkan untuk menyusui anak mereka sendiri pun Rasulullah memerintahkan suami MENGUPAH istrinya karena itu bukan KEWAJIBAN perempuan2/istri2. Bahkan Saidina Umar berkata tentang istrinya, setelah ia mengeluh karena kecerewetan istrinya, "aku tidak ingin menceraikan dia betapa pun dia menjengkelkan hatiku, ini karena aku tahu betapa berat bebannya membantu aku, membesarkan anak2ku, memelihara
harta dan rumahku, memasakkan buatku, dll, padahal itu bukan KEWAJIBAN
dia."

Nah sekarang kita yang bukan Umar dan, apalagi, Rasulullah tiba-tiba merasa menjadi lebih layak ditaati dan dilayani oleh perempuan karena kita laki-laki dan hanya setelah kita membaca satu dua riwayat dan ayat Quran yang dienterpretasikan oleh kelelakian kita. Apa yang harus kita katakan kepada Rasulullah nanti di Yaumil Mahsyar saat Rasul menanyakan kepada kita apakah kita sudah melaksanakan amanat beliau yang disampaikan saat haji wada, untuk merawat, menjaga dan menghormati perempuan`?

Ayat Quran yang mengatakan `al-rijalu qawwamuna alan Nisa` berarti `laki-laki adalah qawwam bagi perempuan`. Qawwam dalam pemahaman Arab yang sejati berarti pengayom, pelindung, perawat, penjaga. Itu sangat bersesuaian dengan amanat Nabi pada saat Haji Wada`nya. Lalu bagaimana mungkin tiba-tiba itu berarti `laki-laki (adalah) LEBIH UTAMA dari perempuan`. Tidakkah Anda tahu ayat lain, surat al-Ahzab most likely, yang mengatakan al `laki2 yang shalih, perempuan yang shalih, laki2 yang taat, perempuan yang taat, laki2 yang dermawan, perempuan yang dermawan ...etc.. semuanya mendapat ganjaran yang sama di sisi Allah`. Kalau Allah dan Rasul saja menyejajarkan perempuan dan laki2, bagaimana mungkin sekarang kaum muslim laki2, dan sebagian perempuan, menganggap laki2 lebih utama dari perempuan dan karena itu harus
lebih ditaati dp sebaliknya.

Wallahu a`lam bish-shawwab,
Wassalam,
AMS

Tulisan yang Ditanggapi:
Forwarded from hikmah@isnet.org

Assalamu'alaikum wr. wb.

Mutiara Shubuh : Jum'at, 09/06/00 (06 Rabiul Awwal 1421H)
Kepemimpinan Didalam Keluarga

A'udzubillahi minassyaithanirrajim, Bismillahirrahmanirrahim,

Akhir-akhir ini marak sekali polemik tentang kepemimpinan seorang wanita dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam syariat Islam sudah jelas sekali digariskan aturan ini yang tentunya didasari atas kelebihan dari laki-laki atas wanita. Jadi setiap lelaki itu dituntut menjadi seorang pemimpin dikelompoknya setidak-tidaknya didalam keluarganya sendiri, yang memimpin terhadap istri dan anak-anaknya. Hal ini diatur dalam Al-Qur'an: "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta
mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta'atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar" (QS 4:34).

Terlihat garis komando yang jelas pada ayat diatas bahwa dalam suatu masyarakat yang dicontohkan dalam suatu keluarga bagaimana peranan seorang lelaki (suami) tehadap istrinya. Dia diwajibkan memimpin, membimbing dan mengarahkan garis-garis besar haluan keluarganya serta bertanggung jawab atas aktivitas seluruh anggota keluarganya kepada Allah swt baik didunia apalagi di akhirat. Rasulullah saw pernah bersabda: "Kamu sekalian adalah pemimpin,dan kamu sekalian ditanya tentang rakyatnya. Raja memimpin dan suami mempimpin pada keluarganya dan istri memimpin terhadap rumah tangga suaminya dan anak-anaknya. Maka kamu sekalian memimpin dan akan bertanggung jawab atas pimpinan terhadap rakyatnya" (HR Bukhari dan Muslim). Jadi sebagai seorang pemimpin hendaklah kita benar-benar memegang amanah kepemimpinan itu, tentu dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Bagaimana kita bisa memimpin jika kita tidak membekali diri kita sendiri dahulu karena seorang pemimpin itu adalah tauladan atau panutan bagi orang yang dipimpinnya. Jika pemimpinnya baik maka insya Allah yang dipimpin pun akan baik dan sebaliknya jika pemimpinnya bobrok, bagaimana mungkin akan menghasilkan bawahan yang baik tentu akan bobrok juga bahkan mungkin lebih bobrok dari orang yang ditauladaninya itu. Bak kata pepatah "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari".

Dengan halnya wanita, juga dituntut keta'atannya kepada suaminya. Dia diwajibkan untuk menta'ati apa yang diinginkan oleh suaminya, tapi tentu selagi hal itu masih dalam garis keislaman. Bahkan Rasulullah saw pernah bersabda: "Andaikan saja dapat mennyuruh seseorang sujud kepada orang, niscaya saya suruh wanita sujud kepada
suaminya".

Jangankan hanya untuk keluar dari rumah suaminya, untuk puasa sunnah saja seorang istri itu haruslah dengan seijin suaminya. Hal ini digambarkan oleh suatu riwayat seorang sahabat yang meninggalkan istrinya untuk mencari nafkah, yang ketika itu salah satu orang tua si istri sakit keras. Saking ta'at si istri terhadap suaminya karena tidak sempat minta ijin menjenguk orang tuanya tersebut, maka hingga orang tunya tersebut terlanjur meninggal dunia tapi belum sempat dijenguknya, karena dia tidak mau meninggalkan rumahnya tanpa seijin suaminya. Beginilah profil seorang istri yang ta'at kepada suaminya dan tentu suaminya sangat meridhoi langkahnya dan tentu akan berlanjut dengan kerido'an Allah swt juga. Dan sangat pantaslah ganjaran
syurga bagi istri yang ta'at ini sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah saw:

"Tiap istri yang mati dan diridhoi suaminya akan masuk syurga" (HR At-Tirmidzi dari Ummi Salamah ra. Memang tidak mudah untuk menjadi seorang tauladan dan membimbing
keluarganya ke jalan yang Islami, apalagi di jaman sekarang ini dimana kehidupan
duniawi telah mengglobal dan maksiat pun telah merajalela. Jadi dituntut suatu
ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk dapat mempertahankan keimanan dan ketaqwaan kita, apalagi keluarga yang kita pimpin. Jadi seyogyanyalah kita tekun dan sabar dalam melakukannya, karena rugilah kita kiranya setelah berdakwah tapi tidak sabar (QS 103:3), dan berusaha dan berda'wah itu tidaklah ada batasnya, apalagi dalam mencapai ridhonya Allah swt. Jika kita tekun (bersungguh-sungguh) insya Allah akan berhasil.

Wassalam
AZ

No comments: