Sunday, May 16, 2010

WAWANCARA "JAFFARY NEWS" TORONTO DENGAN KEL. SOEHERMAN (JAN, 2007)

(For English version see: http://abdisoeherman.blogspot.com/2011/11/interview-with-soehermans.html)

“MATA RANTAI YANG HILANG (MISSING LINK) DALAM TEORI DARWIN ITU SAYA TEMUKAN DALAM SYIAH…”

Oleh Rabiyah Kermali

Abdi dan Dian Soeherman adalah keluarga Indonesia yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai Muslim Sunni. Seperti kebanyakan Muslim Indonesia, nenek moyang mereka telah mempraktekkan ajaran Islam sejak lama. Mereka terakhir kali pindah ke Toronto bulan Nopember 2002, setelah tinggal di Inggris dan Brazil. Saya mewawancarai keluarga ini tentang beralihnya mereka kepada Islam Syiah dan latar belakang yang mendasari keputusan mereka.

Sejak kapan anda mempraktekkan ajaran Islam Syiah?

Saya beralih kepada Syiah sejak revolusi Islam Iran. Peralihan ini lebih pada keputusan pribadi karena saya belajar keras untuk mengetahui lebih jauh tentang apa dan siapa yang melatari revolusi besar ini. Antara 1983-84 saya melakukan peralihan ini dengan bantuan guru spiritual saya, Dr. Jalaluddin Rakhmat, di Indonesia yang dia sendiri sebelumnya Sunni dan saat itu sedang belajar banyak tentang Syiah. Dia adalah seorang mubaligh dan pengajar yang memberi informasi kepada orang-orang tentang Islam Syiah sejak revolusi Iran tahun 1979. Banyak orang, khususnya anak-anak muda, yang selanjutnya menjadi Syiah.

Seberapa besar pengaruh Islam Syiah di Indonesia?

Kebanyakan orang Indonesia tidak tahu perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah. Hanya setelah revolusi Islam Iran mulailah orang-orang sadar tentang adanya mazhab Sunni dan Syiah. Mereka yang tahu tentang perbedaan ini menjadi Syiah antara lain atas usaha para santri yang telah belajar dari Qum dan kembali ke Indonesia setelah revolusi untuk mengajari orang-orang tentang Ahlul Bait. Diantara pengaruh besar itu adalah dari Dr. Jalaluddin Rakhmat. Ada beberapa habib (sayyid) yang tinggal di Indonesia yang asal mulanya dari Yaman. Mereka mempraktekkan ajaran Sunni Syafi'i dan menyembunyikan kepercayaan Syiahnya dari publik karena mayoritas Muslim adalah Sunni pada waktu itu. Menariknya, setelah revolusi Iran mereka menunjukkan keyakinan Syiahnya terang-terangan kepada orang banyak. Karenanya, makin banyak lagi orang Indonesia yang menjadi Syiah, alhamdulillah.


Apa yang paling membuat anda tertarik kepada Syiah?

Konsep ke-imam-an (Imamiah). Islam Syiah berada pada prinsip bahwa, sebagai konsekuensi dan secara logis, untuk setiap generasi haruslah ada pemimpin yang membimbing umat. Hal ini tidak ada pada Islam Sunni karena mereka tidak menekankan pentingnya pemimpin ruhani yang ditunjuk oleh Allah SWT dan berperan sebagai Khalifah-Nya. Sebelum saya tahu tentang Syiah, saya sering bertanya-tanya: "Rasulullah sangat penting dalam Islam, karena itu secara logis keluarganya mestilah penting juga. Mula-mula, saya tidak menemukan banyak rujukan tentang keluarga Nabi Muhammad SAAW dalam buku-buku hadis Sunni. Menurut saya, Sunni tidak melihat hubungan hubungan yang sangat penting dan fundamental: mengapa Rasulullah tidak memiliki keturunan, khususnya anak laki-laki? Mengapa semua anak laki-lakinya meninggal pada waktu bayi? Saya kemudian berpikir tentang anak perempuannya Siti Fatimah AS dan membuat hubungan itu melalui putri terkasihnya ini. Siti Fatimah AS adalah ibu dari semua Imam, dan inilah keturunan utama yang Sang Nabi tinggalkan melalui kemuliaan putri satu-satunya: Pemuka Kaum Wanita di alam (Sayyidatun Nisa 'il Alamin).

Bagaimana konsep Imam Mahdi AS menurut anda?

Tidak sulit bagi saya untuk menerima Imam Mahdi AS sesudah beralih menjadi Syiah. Konsep ini merupakan akibat logis dalam meyakini Syiah. Selain itu, banyak Muslim Sunni Indonesia yang percaya tentang Imam Mahdi, termasuk juga mereka yang non-Muslim (kebanyakan orang Jawa). Mereka menyebutnya "Ratu Adil" (Penguasa Adil), meskipun mereka dan orang-orang Sunni percaya bahwa Imam Mahdi belum lahir. Tentu saja tidak mudah untuk memahami konsep gaibnya Imam. Lagi-lagi saya merenung bahwa inilah cara misterius Allah dalam menguji keimanan kita.

Dalam ketiaadaan Imam, orang akan berusaha keras untuk menjadi pengikutnya yang terbaik sehingga mereka dapat membuktikan diri mereka layak masuk dalam barisan Imam. Inilah yang kita sebut sebagai cara aktif dalam menunggu (intizar), yang semestinya menjadi ciri khas semua Syiah.

Dimana anda belajar membaca Quran dan bahasa Arab?

Di Indonesia, kami belajar membaca dan menulis bahasa Arab di madrasah atau di masjid dan di rumah. Banyak cara mudah yang telah disiapkan orang untuk belajar Quran di sana, salah satunya adalah apa yang dikenal sebagai metoda Iqra (membaca).

Bagaimana anda dapat mengetahui tentang pentingnya bulan Muharram dalam hubungannya dengan Imam Husain dan tragedi Karbala?

Ada beberapa desa di Indonesia yang menyelenggarakan peringatan Imam Husain AS bahkan meskipun mereka pengikut Islam Sunni. Syair-syair, kasidah dan puji-pujian dibacakan untuk Lima Orang Suci AS (Muhammad, Fatimah, Ali, Hasan dan Husain). Tradisi seperti ini lebih nampak dalam sejarah Sumatra kami. Dalam sejarah ini, pernah ada kerajaan dimana raja-rajanya diyakini sebagai Syiah.

Buat saya pribadi, peran Imam Husain AS sangatlah penting dalam mengembalikan Islam sejati yang dibawa Nabi Muhammad SAAW. Setelah saya mempelajari Syiah, saya mulai menyadari mengapa Imam Husain harus berkorban begitu banyak demi menyelamatkan ajaran yang kakeknya telah perjuangkan tanpa kenal lelah agar tegak. Saya sekarang mengerti mengapa dia membawa seluruh keluarganya, istri-istrinya, para perempuan dan anak-anak, bersamanya ke Karbala untuk menghadapi tiran dan musuh-musuh Islam. Setelah peralihan saya ke Syiah saya terus mendalami dan mempelajari arti sejati dari Islam Syiah sampai saya benar-benar memahami konsep pengorbanan Imam Husain.

Nyonya Soeherman (Dian) belakangan mempelajari Islam Syiah. Dia baru mengetahui bahwa orang-orang Syiah banyak memuji-muji keluarga Nabi SAAW. "Segala sesuatu berpusat pada Ahlul Bait AS dalam Islam Syiah." Dia pernah bertanya kepada ibunya mengapa orang-orang Sunni tidak berbicara tentang Imam Ali AS dengan gairah dan semangat yang sama. Dia bertanya-tanya tentang penghormatan yang kita berikan kepada umbul-umbul/bendera (alam), keranda (tabut) dan tempat-tempat atau peralatan ziarah (zarih). Di Indonesia, banyak orang Sunni mencium umbul-umbul dan menghormati tempat-tempat yang dianggap suci. Akhirnya dia menyadari bahwa ini bukanlah hal yang baru.

Abdi: Menjadi Syiah buat saya merupakan ide yang baik untuk menjadi jembatan penghubung kedua mazhab. Saya jadi lebih leluasa untuk berkumpul dan mendiskusikan pentingnya keluarga Nabi SAAW dengan yang lain dan untuk mengajari mereka betapa pentingnya berpegang teguh pada Keluarga Suci keturunan Nabi Muhammad SAAW ini. Saya pun berkeinginan untuk membawa Syiah untuk bekerja sama dan bersatu dengan saudara-saudara Sunni bahkan meskipun mereka tidak menjadi Syiah. Ada banyak tema yang dapat dikerjakan oleh kedua mazhab. Terus terang, saya menemukan lebih banyak kesamaan antara keduanya daripada perbedaaannya.